Engkau sholat, niatmu karena Allah Ta’ala. Jangan mengira bahwa semua akan berjalan begitu saja tanpa diuji. Adakalanya seseorang akan memuji sholatmu yang tenang, akan memuji ketepatan waktumu berangkat ke masjid, akan memuji betapa khusyunya melihat dirimu melakukan gerakan demi gerakan dalam sholatmu.
Jika hatimu kuat engkau tidak akan goyah. Jika hatimu lemah maka niatmu akan berubah.
Sedikit demi sedikit engkau mulai menyukai pujian itu, mulai merasa nyaman dengan pujian itu bahkan mencari-cari kemana gerangan orang yang biasa itu karena hari ini dia belum memujimu. Maka saat itu terjadi sadarilah engkau telah jatuh.
Seandainya ada yang memujimu, pujian itu tidak akan lama. Cukup satu saja dia melihat kesalahanmu dia akan berbalik mencaci dan mencelamu
Engkau membantu orang lain, niatmu karena Allah Ta’ala. Jangan mengira bahwa semua akan berjalan begitu saja tanpa diuji. Adakalanya orang yang kau bantu mulai membalas kebaikanmu. Dia sering memberimu hadiah sebagai ucapan terimakasihnya atas bantuanmu dahulu, dia gemar menceritakan kebaikan-kebaikanmu pada teman-temannya, dia selalu menyanjungmu jika bertemu denganmu.
Jika hatimu kuat engkau tidak akan goyah. Jika hatimu lemah maka niatmu akan berubah.
Sedikit demi sedikit engkau mulai mengharap lebih dari pemberiannya kepadamu, mulai merasa besar hati jika bertemu dengan orang-orang yang sering dia ceritakan tentang kebaikanmu, mulai suka membantunya di kemudian hari tapi bukan karena Allah lagi, melainkan karena balasan-balasan kecil itu.
Maka saat itu terjadi sadarilah engkau telah jatuh.
Engkau membagikan kebaikan di akun sosmedmu, niatmu karena Allah Ta’ala. Jangan mengira semua akan berjalan begitu saja tanpa diuji. Adakalanya followermu akan bertambah dengan pesat, komentar-komentar pada postinganmu mulai melebihi apa yang kau bayangkan, sambutan mereka bagus, respon mereka baik, bahkan tak sedikit yang menshare kembali apa yang telah kau upload karena kagum dengan semua itu.
Sedikit demi sedikit engkau mulai menyukai semua itu. Mulai melebih-lebihkan dalam merangkai kata, bukan karena agar mereka meningat pesan kebaikannya tapi agar mereka mengingatmu sebagai penulisnya. Kau mulai berhenti menyampaikan yang seharusnya disampaikan karena takut yang yang tersinggung akhirnya tidak lagi menyukaimu. Kau memilih menyampaikan apa yang paling mereka sukai, walau mereka tak butuh itu. Kau enggan menyampaikan apa yang mereka butuhkan hanya karena mereka tidak menyukai itu.
Maka saat itu terjadi sadarilah engkau telah jatuh.
Sahabat, niat yang baik semata karena Allah Ta’ala adalah sesuatu yang sangat luar biasa dahsatnya. Seseorang yang sukses mendapatkannya maka telah mendapatkan kemuliaan tiada tara di dunia dan di akhirat. Sadarilah satu hal, bahwa setan sebagai musuh kita tidak akan menyukai itu.
Dia akan berusaha semaksimal mungkin merubah semua niat baik yang telah kita tata dari awal. Dia akan semaksimal mungkin membuat kita merasa terlena dengan perbuatan baik kita padahal sejatinya kita tidak mendapat apa-apa. Merasa sudah baik padahal sama sekali tidak tersisa lagi sedikitpun amal baik sebab telah rusak niatnya.
Maka sahabat, saat ujian itu nanti datang menghampiri kita, ingatlah pesan ini. Kembalilah pada tujuan awalmu. Ingatlah apa yang menjadi alasan utamamu melakukan semua itu. Semata karena berharap Allah Ridho padamu, Mencintaimu, Merahmatimu dengan segala pengabdianmu pada Nya.
Jangan tukar semua hal berharga itu dengan perkara remeh, murah, sementara dan tidak ada gunanya.
Seandainya ada yang memujimu, pujian itu tidak akan lama. Cukup satu saja dia melihat kesalahanmu dia akan berbalik mencaci dan mencelamu.
Seandainya ada yang membalas kebaikanmu, balasan itu tidaklah banyak. Tidak sebanding dengan apa yang telah Allah Siapkan untuk kebahagianmu di surga.
Seandainya ada yang mengenang jasamu, itu pun tidak akan lama. Saat dia menemukan orang yang lebih baik darimu dia pun akan sangat mudah melupakannya.
Sudahlah, jangan harapkan itu semua.
Allah Segalanya.
Allah Tiada Gantinya.
Mari kita niatkan semuanya hanya karena Allah.